Contoh Pandangan Fisis Determinis dan Posibilis di Indonesia
Contoh Pandangan Fisis Determinis dan
Posibilis di Indonesia
Berikut ini adalah contoh fisis determinis masyarakat
Papua dalam segi kuliner:
Untuk mengetahui pandangan fisis determinis dan
posibilis suatu daerah, kita harus tahu seperti apa bentuk interaksi masyarakat
dengan alamnya, karena kedua pandangan tersebut mengkaji tentang sebab akibat
yang dihasilkan dari keadaan alam terhadap kebudayaan manusia, dan kebudayaan
manusia yang mempengaruhi alam.
Papua merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang
mempunyai keadaan geografis unik. Provinsi Papua merupakan Provinsi yang paling
luas wilayahnya dari seluruh Provinsi di Indonesia. Luas Provinsi Papua ±
410.660 Km2 atau merupakan ±21% dari luas wilayah Indonesia.
Lebih dari 75% masih tertutup oleh hutan-hutan tropis yang lebat, dengan ± 80%
penduduknya masih dalam keadaan semi terisolir di daerah pedalaman (DPRD Papua,
2013).
Ubi jalar merupakan komoditas penting di Papua karena
merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk di pedalaman terutama di
kawasan lembah Baliem, Kabupaten Jayawijaya. Di daerah pegunungan ketinggian
dengan 1.650−2.700 m diatas permukaan laut tersebut, stok tanaman pangan yang
ada terbatas. Selain ubi jalar, secara ekologis sangat sedikit tanaman
pangan yang mampu beradaptasi dan berproduksi dengan baik dengan menggunakan
teknologi sederhana (Dimyati et al :1991 dalam Rauf, 2009).
Sama halnya dengan ubi jalar, sagu juga merupakan
tanaman lokal yang menjadi sumber pangan masyarakat Papua. Sagu merupakan bahan
pangan utama bagi masyarakat Papua yang tinggal di daerah pesisir. Daerah
pesisir yang berair atau rawa merupakan tempat tumbuh berbagai jenis sagu.
Pohon sagu di Papua tumbuh secara alami tanpa tindakan budi daya dari penduduk
setempat (Rauf, 2009). Apalagi sebagian besar lahan di Papua yang potensial
adalah berupa rawa, maka sagu merupakam sumber pangan melimpah bagi masyarakat.
Dari kutipan-kutipan diatas kita semua mengetahui
bahwa kondisi alam di papua yang terbatas, yang tidak semua tanaman bisa
beradaptasi dengan baik dan berproduksi atau bahkan tidak bisa tumbuh sama
sekali, menjadikan masyarakat papua harus mampu untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungannya untuk bertahan hidup, salah satu akibat dari kondisi alam seperti
itu adalah dalam segi kuliner yang menjadikan makanan pokok masyarakaat Papua
berupa ubi jalar dan sagu.
Olahan khas ubi jalar masyarakat papua adalah dengan
dibakar sedangkan olahan sagu khas Papua yang sangat terkenal adalah Papeda.
Ubi bakar sendiri cukup popular di kalangan masyarakat Indonesia lainnya
termasuk pulau jawa karena rasanya yang sangat manis dan khas, bahkan sebagian
orang juga menyebutnya ubi madu. Namun meski demikian, ubi Papua masih kalah
popular dengan ubi cilembu yang sudah sering terekspose oleh media sosial.
Berbeda dengan ubi, apabila masyarakat kita mendengar
kata papeda semua pandangan tertuju pada makanan khas Papua. Hal ini disebabkan
karena populasi pohon sagu di daerah indonesi timur, termasuk papua sangat
mendominasi/banyak. Bahkan di Papua sendiri pohon sagu tumbuh secara alami
tanpa ditanam oleh masyarakatnya. Sungguh anugerah dari sang maha kuasa yang
wajib kita syukuri.
Berikut ini adalah
contoh fisis posibis masyarakat Rancaekek Kab. Bandung dalam segi pembangunan :
Dilihat dari sudut pandang geografis daerah Rancaekek
termasuk daerah yang kedap air, artinya tidak dapat kemasukan air. Perkolasi
menjadi salah satu cara bagi air hujan untuk tidak menggenangi daerah
Rancaekek, oleh karena itu kelestarian sungai berperan penting dalam
teerhindarnya daerah ini dari banjir. Di rancaekek sendiri terdapat satu sungai
besar yang merupakan anak sungai dari citarum yaitu cimeok, yang pada musim
kemarau nyaris kering total.
Seiring berkembangnya industrialisasi di daerah
Rancaekek mayoritas mata pencaharian masyarakatnya yang dulu adalah seorang
petani kini mulai beralih menjadi karyawan dari industri-industri yang baru
berdiri dan memperluas usahanya. Akibatnya adalah semakin banyak lahan yang
dulunya persawahan menjadi daerah industri dan perumahan, artinya terdapat
pengalihan fungsi lahan disana yang berdampak secara langsung pada sirkulasi
air di daerah tersebut sehingga di daerah Rancaekek dalam kurun waktu sekitar
5-10 tahun kebelakang sering terjadi bencana banjir. Menurut penulis hal ini
bisa jadi disebabkan karena industri yang ada tidak menerapkan analisis dampak
lingkungan saat mendirikan usahanya sehingga kerusakan alam terjadi di daerah
ini dan peranan masyarakat yang mempunyai kebiasaan buruk membuang sampah
sembarangan memperparah keadaan tersebut. Adapun kerusakan-kerusakan alam yang
dialami masyarakat rancaekek saat ini adalah sebagai berikut:
1. Kekeringan (di musim kemarau)
2. Petani banyak yang gagal panen
3. Banjir (di musim hujan)
4. Kualitas kesehatan masyarakat menurun
Komentar
Posting Komentar